Paus Fransiskus Terbitkan Ensiklik Baru Dilexsit Nos; Kasih Manusiawi dan Ilahi Hati Yesus Kristus

Paus Fransiskus menyoroti pentingnya Hati baik dalam pengertian spiritual maupun manusiawi di tengah dunia yang sering kehilangan esensinya. Ensiklik ini bukan hanya berfokus pada cinta ilahi yang dicontohkan oleh Hati Yesus, tetapi juga menawarkan panggilan mendesak kepada umat manusia untuk kembali ke kasih dan empati di tengah krisis yang mendominasi abad ini.

Tepatnya Kamis, 24 Oktober 2024, Paus Fransiskus menerbitkan ensiklik baru yang berjudul Dilexit Nos (Ia Mengasihi Kita): Ensiklik ini menegaskan tentang Kasih Manusiawi dan Ilahi Hati Yesus Kristus. Ensiklik tersebut berfokus pada Hati Kudus Yesus, dalam konteks dunia yang tampaknya telah kehilangan hati.

Dilexit Nos merupakan ensiklik keempat Paus Fransiskus, setelah Lumen Fidei (29 Juni 2013), yang ditulis bersama Paus Benediktus XVI; Laudato Si’ (24 Mei 2015), tentang krisis lingkungan dan perlunya peduli terhadap ciptaan; dan Fratelli Tutti (3 Oktober 2020), yang menyerukan persaudaraan global dan persahabatan sosial di dunia yang terpecah belah oleh pandemi dan pertikaian, termasuk perang yang dilakukan atas nama Allah.

Dalam ensiklik tersebut, yang terlansir di Kantor Berita Takhta Suci Vatikan oleh Monsignor Bruno Forte, teolog dan Uskup Keuskupan Agung Chieti-Vasto, dan Suster Antonella Fraccaro, Kepala Umum Murid-murid Injil.

Paus Fransiskus menyerukan perubahan sudut pandang, mendesak umat manusia untuk menemukan kembali apa yang paling penting, yaitu hati.

Dilexit Nos muncul di tengah tantangan global yang besar. Dunia saat ini dilanda perang, kesenjangan sosial dan ekonomi, konsumerisme yang merajalela, dan teknologi yang mengancam rusaknya kodrat manusia.

Ensiklik tersebut diterbitkan bertepatan dengan perayaan 350 tahun penampakan pertama Hati Kudus Yesus kepada Santa Margaret Mary Alacoque pada tahun 1673. Pada tanggal 27 Desember tahun itu, Yesus menampakkan diri kepada biarawati muda berusia 26 tahun. Kepada anggota Tarekat Visitasi Perancis tersebut, Yesus mempercayakan kepadanya misi menyebarkan kasih-Nya, khususnya kepada para pendosa. Penampakan ini, yang terjadi di Biara Paray-le-Monial, Burgundy, berlanjut selama 17 tahun. Dimana peristiwa Kristus memperlihatkan hati-Nya yang dikelilingi oleh api dan bermahkota duri yang melambangkan luka-luka yang ditimbulkan oleh dosa manusia.

Paus Fransiskus juga  meminta agar hari Jumat setelah Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus didedikasikan kepada Hati Kudus-Nya. Meskipun awalnya disalahpahami oleh banyak orang, termasuk sesama biarawati, Santa Margaret Mary tetap teguh dalam misinya untuk mengungkapkan kasih Kristus kepada dunia.

Paus Fransiskus juga secara  konsisten menunjukkan devosi yang kuat kepada Hati Kudus Yesus. Bahkan Paus Fransiskus mengaitkannya dengan misi imami. Pada tahun 2016,

Paus Fransiskus juga mengakhiri Yubelium Para Imam pada Hari Raya Hati Kudus yang Mahakudus, dengan mendesak para imam untuk mengarahkan hati mereka seperti Sang Gembala yang baik kepada orang-orang yang tersesat dan jauh.

Ensiklik Dilexit Nos yang ditulis oleh Paus Fransiskus menekankan hubungan yang mendalam antara cinta manusiawi dan ilahi yang diekspresikan melalui Hati Yesus Kristus. Ensiklik ini dimulai dengan fokus pada hati sebagai simbol cinta, menegaskan bahwa cinta sejati, seperti yang ditunjukkan oleh Yesus, adalah mendalam, tanpa syarat, dan membawa transformasi. Paus Fransiskus membahas bagaimana, di dunia yang saat ini ditandai dengan kesuperfisialan dan konsumerisme, sangat penting untuk kembali pada cara hidup yang berlandaskan hati, menyelaraskan emosi, keinginan, dan keputusan seseorang dengan cinta ilahi.

Ensiklik ini mengeksplorasi konsep hati dari perspektif biblis dan filosofis, menegaskan bahwa hati adalah pusat niat yang tulus, emosi, dan kebenaran. Paus menguraikan bagaimana kasih Yesus ditunjukkan melalui tindakan, perkataan, dan respon emosional-Nya yang mencerminkan cinta yang melampaui sentimentalitas dangkal.

Melalui interaksi Yesus yang penuh kasih, ensiklik ini mengundang umat beriman untuk mengalami perjumpaan pribadi dengan hati kudus Kristus, mendorong mereka untuk menjalani cinta tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Ensiklik ini ditutup dengan ajakan untuk spiritualitas yang dipimpin oleh hati, yang mendorong hubungan yang lebih mendalam dengan sesama dan Tuhan, dengan hati sebagai pusat pengalaman manusia yang otentik, kesatuan, dan tujuan.

Selain itu refleksi ini mengarah pada panggilan untuk mengubah cara pandang terhadap cinta, dari tindakan luar yang semata-mata, menjadi keterlibatan yang tulus dan berlandaskan hati dalam menghadapi dunia sekitar.

Bagikan Artikel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *