Kegiatan pelatihan pola asuh anak remaja di era digital (PAAREDI) ini tujuannya agar orang tua dan masyarakat dapat mengetahui dan memahami pola asuh anak dan remaja dengan benar. Karena pendidikan karakter harus dimulai dari rumah dan lingkungan terdekat dengan anak, dan keluarga adalah lingkungan pertama dan utama bagi anak. Pola asuh ini merupakan upaya pencegahan guna mengurangi angka perkawinan anak melalui keluarga serta mengetahui dampak jangka panjang dari perkawinan anak. Upaya ini dilakukan untuk menjadikan keluarga kuat adalah salah satu kunci awal dalam mewujudkan Kabupaten Layak Anak (KLA) karena keluarga adalah tempat pertama kita belajar menghargai pendapat anak dan memberi kepentingan terbaik bagi anak. Dan untuk mewujudkan Kabupaten Layak Anak perlu dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat bawah dahulu yaitu dimulai dari keluarga, ketingkat RT, RW, Desa/kelurahan, Kecamatan, Kabupaten, yang pada akhirnya menjadi Provinsi Layak Anak (PROVILA).
Untuk mendukung pentingnya polah asuh pada anak, Kali ini kelurahan Lewoleba Timur kembali menggelar kegiatan tersebut pada titik keempat Pokja I Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pelaksanaan kegiatan Pelatihan Pola Asuh Anak dan Remaja di Era Digital ini tepatnya di aula Kelurahan Lewoleba Timur, Senin (21/10/2024).
Kegiatan ini dihadiri oleh para orang tua dan kalangan remaja. Mereka tampak antusias mengikuti kegiatan yang digelar ini untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan orang tua dalam mengasuh anak.
Ketua TP PKK Kabupaten Lembata, Maria Anastasia Bara Baje, mengatakan, kegiatan ini sangat penting untuk dilakukan PKK. Ia menjelaskan, pola asuh yang baik akan berdampak baik pula terhadap tumbuh kembang anak.
“Bagi saya itu penting sekali. Kita harus memperkenalkan bagaimana cara mengasuh anak yang benar. Anak yang diasuh dengan baik dan benar, maka ke depan tingkah laku dan karakternya juga akan baik,” kata Maria Bara Baje.
Ia mengungkapkan banyak kasus di Lembata terjadi pernikahan usia dini dan pernikahan tanpa persiapan atau perencanaan. Hal ini tentu berdampak buruk terhadap pola asuh anak yang baik.
“Dalam kondisi seperti ini, kebanyakan orang tua belum tahu apa yang dilakukan saat anak berusia nol sampai tujuh tahun. Bagaimana saat anak berada di masa puber. Itu kan tidak ada yang mengajarkan anak untuk menghadapi kondisi tersebut,” urai Maria Bara Baje.
Maria Bara Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2PA) Kabupaten Lembata ini mengatakan, masih banyak orang tua di Lembata belum paham soal pola asuh yang baik untuk anak dan remaja.
Masih banyak orang tua atau pasangan usia muda masih menerapkan pola asuh anak seperti yang dilakukan oleh orang tua jaman dulu atau yang dikenal dengan pola asuh primitif. Pola asuh ini tidak sesuai dengan pola asuh dalam dunia pengetahuan modern,”ungkap Bara Baje.
“ selama ini kita masih meniru pola asuh orang tua kita. Orang tua kita mengasuh anak kita seperti apa, maka kita mengasuh anak kita seperti itu. Orang tua mendidik kita sebelumnya dengan memukul, maka kita juga merasa hal yang biasa kalau kita memukul anak-anak kita. Begitu” ujarnya.
“Ternyata dalam dunia pengetahuan modern sekarang, itu tidak diperkenankan. Karena anak harus bertumbuh secara bebas supaya syaraf-syarafnya, semua tumbuh kembangnya itu sesuai standar syarat tumbuh seusianya,” sebut Maria Baje.
Maria Bara Baje mengatakan, kedepan TPP PKK Kabupaten Lembata akan konsisten menggelar kegiatan-kegiatan seperti ini, tujuannya untuk mewujudkan pola asuh yang baik dan benar oleh orang tua, yang tentu berdampak baik terhadap masa depan generasi muda Lembata.
Kegiatan ini diisi oleh beberapa pemateri, satu di antaranya pegiat sosial dan pemerhati HIV/AIDS Kabupaten Lembata, Nefri Eken yang juga anggota Pokja 1 Kecamatan Nubatukan kabupaten Lembata NTT.