POTENSI UBI GEMBILI SEBAGAI ALNERNATIF PANGAN BERKARBOHIDRAT RENDAH LEMAK DI DESA AIMERE TIMUR KECAMATAN AIMERE KABUPATEN NGADA, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Oleh:
Yeremias Juma, Falentina Langga, Febrianus Agung, Marlinda Neu, Dionisius Liberatus Lodo, Raymndus Rikardo Ria Minggu, Hironimus Bagul, Stefanus Mesri Jaik, Theresia Delvina Roa, Maria Dominika Ngadha, Bartolomeus Waso Lewa, Yuliana Reineldis Avilla Bhoki, Germanus Romo, Maria Fatima Luruk Seran, Aprilianus Ndarinu, Anggelinus Nadut, S.Si, M.Si

Beberapa jenis pontensi sumber daya lokal yang ada di desa Aimere Timur kabupaten Ngada yang bisa dikembangkan menjadi sumber daya ekonomi masyarakat antara lain: minuman Arak, tanaman ubi Ejo/Gembili, tanaman buah-buahan seperti pisang, papaya dan manga. Selain itu ada BUMDes dengan jenis kegiatan usaha simpan–pinjam, sewa mesin molen, pakan tenak (babi dan ayam).

Untuk pengembangan berbagai potensi ini, kepala Desa setempat sangat membutuhkan dukungan dari pihak Perguruan Tinggi, terutama untuk Pengembangan SDM Desa dalam bentuk penyuluhan pelatihan berbagai keterampilan praktis dan juga media promosi berupa Website Desa. Dalam tulisan ini secara khusus membahas tentang pengembangan potensi tanaman Gembili atau Ubi Ejo yang sedang dikembangkan di desa Aimere Timur.


Indonesia sebagai negara agraris memiliki agroekosistem yang sangat mendukung bagi pengembangan komoditas pangan lokal sebagai sumber pangan alternatif maupun pangan utama yang mudah dibudidayakan di setiap daerah yang memiliki ragam pangan lokal yang khas. Indonesia kaya akan sumber pangan lokal yang berkualitas dan sehat karena didukung kecukupan udara tropis dan subtropis yang berpotensi memaksimalkan fotosintentis tanaman.


Produk pangan lokal merupakan olahan bahan pangan yang telah lama diproduksi serta telah berkembang dan dikonsumsi di suatu daerah atau suatu kelompok masyarakat lokal tertentu. Umumnya produk pangan lokal diolah dari bahan baku lokal, menggunakan teknologi lokal, pengetahuan lokal pula, dan berkaitan erat dengan budaya setempat yang berasal dari dalam negeri. Salah satu sumber pangan lokal yang tersedia di Indonesia adalah ubi Gembili atau ubi Ejo. Dulu ubi Gembili (Dioscorea esculenta L.) sangat populer di masyarakat terutama di pedesaan, yang mungkin zaman sekarang tidak banyak yang tahu karena menjadi langka dan sulit ditemukan di pasar-pasar tradisional.
Akhir-akhir ini mulai populer kembali sebagai pengganti nasi dan lebih sehat yang banyak dicari orang. Namun hingga saat ini tanaman umbi gembili masih merupakan tanaman subsiten, bukan sebagai tanaman pokok yang dibudidayakan karena pemanfaatannya masih terbatas.

Saat ini di Desa Aimere Timur terdapat banyak tanaman ubi gembili yang tersebar di pekarangan warga dan ada juga di lahan perkebunan milik warga. Gembili (oleh masyarakat setempat lebih popular dinamakan ubi Ejo) merupakan tanaman merambat dengan membelit. Batangnya bulat berbulu halus, ada yang sedikit berduri dan tidak berduri. Daunya agak bulat berbentuk jantung. Gembili merupakan jenis tanaman umbi yang berbuah di bawah tanah, umbinya berbentuk bulat memanjang yang bisa dipanen pada musim kemarau setelah berumur 8-9 bulan. Kulit umbinya tipis dan berwarna cokelat muda. Umbi tersebut berwarna putih bersih dengan tekstur menyerupai ubi jalar dan rasa yang khas.
Umbi gembili biasanya hanya direbus yang membuat teksturnya kenyal, enak dimakan dan rasanya manis. Tanaman gembili yang nama ilmiahnya Dioscorea esculenta L. dikembangbiakan dari umbi yang biasanya tumbuh dan ditanam pada awal musim hujan. Sebelum penanaman tanah diolah dan digemburkan, dicampur bahan organik atau pupuk kandang serta dibuat guludan. Agar hasilnya maksimal, jarak tanam 40 cm dalam guludan dan 100 cm antar guludan. Dibuat lubang tanam dan per lubang tanam diisi satu umbi yang sudah bertunas. Setelah tanaman tumbuh perlu diberi tiang panjatan untuk setiap tanaman.


Pemeliharaan selanjutnya adalah menyiangi rumput atau gulma yang mengganggu dan perbaikan guludan agar umbi bisa tumbuh dengan baik. Masa panen dilakukan bila tanaman sudah cukup tua sekitar 9 – 10 bulan sejak tanam yaitu saat kemarau sekitar Agustus-September. Proses pemanenan dilakukan secara hati-hati dengan menggali tanah di sekitar pangkal tanaman. Satu pohon gembili bisa menghasilkan umbi 2-3 kg bahkan ada yang 5 kg bila tanaman sehat, tanahnya gembur dan subur.


Umbi Gembili merupakan tanaman sumber karbohidrat penting setelah padi, jagung dan ubi kayu (singkong). Hingga saat ini ubi Gembili atau Ejo masih dianggap sebagai umbi interior yang pemanfaatannya masih sangat terbatas seperti direbus atau dikukus, bahkan tidak dipanen meskipun musim panen tiba. Mengutip dari laman Wikipedia, kandungan nutrisi dalam ubi Ejo atau Gembili antara lain 1,5 gram protein, 0,1 gram lemak, 49 mili gram fosfor, 22,4 gram karbohidrat, 1 mili gram zat besi, 14 miligram kalsium, 4 miligram vitamin C dan mengandung energy 95 kilo kalori.


Beberapa manfaat ubi Gembili bagi kesehatan. Selain dimanfaatkan sebagai bahan makanan, ubi Gembili mentah bisa diparut dan digunakan sebagai obat memar atau bengkak. Ubi gembili juga mengandung zat glukomanan yang menyatu dengan protein dapat berfungsi baik melawan kolestrol jahat dan menetralkan kolestrol dalam darah. Seperti umbi-umbian pada umumnya umbi Gembili memiliki kandungan serat yang tinggi sehingga sangat baik dikonsumsi untuk melancarkan pencernaan, mengatasi diabetes mellitus dan obesitas. Umbi Gembili juga mengandung vitamin A yang bermanfaat untuk kesehatan mata. Mengutip dari Campusnesia.co.id, umbi Ejo mengandung inulin, yaitu komponen karbohidrat yang tidak dapat dicerna, dapat berfungsi sebagai prebiotik yang dapat mengurangi risiko kanker usus besar, menormalkan kadar gula darah dan membantu kesehatan jantung serta mencegah kanker kolon.


Potensi tanaman ubi Gembili yang dibudidayakan oleh masyarakat Desa Aimere Timur, kabupaten Ngada cukup besar. Hal ini didukung oleh kondisi tanah yang gembur dan subur. Permasalahannya adalah masyarakat belum tahu cara mengolah umbi Gembili menjadi berbagai produk pangan olahan yang bernilai ekonomis tinggi sehingga bisa menambah pendapatan keluarga. Selain itu, harga jual ubi Gembili masih tergolong murah karena petani hanya menjualnya secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu. Pemanfaatan ubi Gembili oleh masyarakat setempat hanya sebatas sebagai makanan selingan bersama kopi atau teh, dengan cara direbus atau dikukus.

Dengan mempertimbangkan berbagai nutrisi penting yang terkandung dalam ubi Gembili dan potensi ubi Gembili yang ada di desa Aimere Timur, para mahasiswa KKN dari Universitas Katolik Widya Mandira Kupang terdorong untuk melakukan kegiatan sosialisasi tentang cara mengolah ubi Ejo/Gembili menjadi pangan olahan berbahan dasar ubi Ejo. Harapannya adalah nilai ekonomisnya menjadi lebih tinggi, masyarakat setempat mampu mengolah umbi gembili menjadi berbagai produk pangan olahan seperti keripik gembili, tepung umbi gembili dan lainnya secara mandiri. Dengan demikian diharapkan bisa meningkatkan pendapatan keluarga. Umbi gembili yang diolah menjadi keripik akan lebih awet dan mudah disimpan. Selain itu pemasarannya jauh lebih mudah dan daya tarik pembeli akan lebih besar karena rasanya jauh lebih enak dari pada yang dijual dalam bentuk segar atau secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.

Cara pengolahan ubi gembili menjadi kripik. Siapkan ubi gembili yang masih segar, kemudian dicuci bersih dan kupas kulitnya. Lalu potong atau iris tipis sesuai selera. Selanjutnya dicuci dan ditiriskan. Sementara itu panaskan minyak goreng sampai mendidih. Oleskan bumbu atau garam pada irisan gembili, lalu goreng sampai matang berwarna kuning kecoklatan. Kemudian tiriskan untuk mengeluarkan minyaknya. Kripik umbi gembili siap dinikmati. Jika ingin menjualnya, masukan dalam kemasan plastik atau toples dengan takaran tertentu.

Selain diolah menjadi kripik, ubi gembili juga dapat diolah menjadi tepung sebagai substitusi tepung terigu. Ubi gembili memiliki kandungan karbohidrat yang cukup tinggi, sehingga dapat berpotensi sebagi sumber baru dari senyawa glukomanan, yaitu serat pangan yang baik untuk kesehatan. Pengolahan umbi gembili menjadi tepung bertujuan untuk memperpanjang masa simpanya tanpa mengurangi niai gizinya. Proses pembuatan tepung gembili dapat dilakukan melalui beberapa tahap.

Pertama-tama umbi gembili dicuci bersih agar terbebas dari tanah dan kotoran lainnya. Kemudian dilakukan proses blanching dengan cara direndam dalam air panas pada suhu 80 oC selama 1 menit hingga seluruhan umbi terendam dalam air. Tujuannya adalah untuk menonaktifkan ezim, mematika mikroba dan mempertajam tampilan warna pada umbi gembili. Kemudian dilakukan pengupasan kulit umbi gembili menggunakan pisau. Tahap selanjutnya adalah pengirisan dengan slicer dengan ukuran ketebalan 1 mm. Lalu umbi direndam dalam larutan garam 5% dan natrium metabisulfit 0,3% selama 2 jam. Selanjutnya dilakukan pencucian dengan air mengalir dan dilakukan pengeringan pada suhu 60 oC selama 6-8 jam. Tahap terakhir adalah umbi yang telah kering digiling atau blender dan diayak dengan ukuran 80 mesh. Lalu dikemas dalam kemasan dengan takaran tertentu.
Tepung gembili diketahui mengandung karbohidrat, protein, rendah lemak, kalsium, fosfor, potassium, zat besi, serat makanan, vitamin B6 dan C sehingga dapat digunakan sebagai alternatif pengganti bahan baku impor seperti tepung terigu dalam membuat cookies, roti dan prdoduk olahan lainnya.

Dengan mempertimbangkan nilai gizi dan manfaat umbi gembili, kiranya masyarakat setempat dapat mengembangkan dan mendayagunakan potensi umbi gembili sebagai salah satu komoditas unggulan baru yang mampu berkontribusi terhadap peningkatan perekonomian masyarakat di Desa Aimere Timur.*

Sumber Bacaan
Wibowo, Edi (2012), Pembuatan Keripik Umbi Gembili (Dioscorea Esculenta L.) Dengan Variabel Lama Waktu Penggorengan Menggunakan Alat Vacuum Fryer. http://eprints.undip.ac.id/37296/
Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, 2020. Gembili Manis, Umbi yang Layak Dikembangkan. https://distan.bulelengkab.go.id/informasi/detail/berita/gembili-manis-umbi-yang-layak-dikembangkan-17
Nur Walimah Utami, 2015. Modul Produksi Pengolahan Umbi Gembili. https://www.academia.edu/17291083/Modul_Produksi_Pengolahan_Umbi_Gembili

Bagikan Artikel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *