Ditjen Kebudayaan, Muda Berdaya untuk Kedaulatan Pangan (MBKP) tahun 2024 di Kabupaten Lembata, NTT telah resmi membuka kegiatan magang riset pangan lokal. Kegiatan pembukaan program MBKP ini tepatnya dilaksanakan di pantai Wulon Luo Lewoleba NTT.
Hadir saat itu Penjabat Bupati Lembata, Paskalis Ola Tapobali sekaligus membuka kegiatan tersebut.
Informasi yang dihimpun media ada sekitar ratusan mahasiswa, para pejabat Ditjen Kebudayaan dan seluruh jajaran OPD Lembata, Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat yang hadir saat itu.
Kemendikbud ristek Sjamsul Hadi menyampaikan bahwa, pihaknya sudah memiliki 21 orang sebagai Pandu Budaya di Lembata. Para Pandu Budaya di Lembata ini sudah mendapat pembinaan secara langsung oleh Ditjen Kebudayaan untuk membantu para mahasiswa magang melakukan riset terkait potensi pangan lokal di Lembata.
Lanjut Sjamsul dari hasil riset tersebut, pangan lokal yang dinilai masuk kriteria kedaulatan pangan yang akan di input ke dalam pangkalan data Ditjen Kebudayaan.
Terkait kehadiran 112 mahasiswa ini selaku Penanggungjawabnya MBKP tahun 2024 Ratna Yunarsih melaporkan bahwa program MBKP itu melibatkan 218 mahasiswa dari 103 perguruan tinggi yang tersebar di 29 provinsi di Indonesia,”ungkap Ratnah Yinarsih
Dari 218 mahasiswa itu, sebanyak 212 peserta magang ditempatkan di kabupaten Lembata selama tiga bulan lebih.
Kehadiran 212 mahasiswa di Lembata tujuannya, para mahasiswa akan melakukan pendataan potensi pangan lokal, pemetaan lokasi lahan pangan lokal, serta pola produksi, distribusi, dan konsumsi masyarakat Lembata,”ujar Ratnah
“untuk di kantor Ditjen Kebudayaan Kemendikbud ristek ada Enam mahasiswa yang ditempatkan sebagai desainer grafis, copywriter, dan admin media sosial,”jelas Ratnah
Devi Perwita Sari Bunga Herza, salah satu peserta MBKP 2024 dari Universitas Islam Riau, mengaku gembira bisa terlibat dalam program Ditjen Kebudayaan ini.
Menurutnya, program MBKP ini punya dampak penting untuk masyarakat karena berurusan langsung dengan isu ketahanan pangan dan budaya.
Sebelum mengikuti MSIB MBKP ini saya terlibat dalam kegiatan bersama diberbagai lembaga yang mengulas tentang kebudayaan dengan ilmu yang saya pelajari, yaitu Agronomi dan Agroteknologi,”kata Devi Perwita
Atthoya Atthur Harry Aslam, peserta MBKP dari Universitas Riau juga mengaku sangat tertarik dengan program magang tersebut.
Sebagai mahasiswa jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Athoyya Harry ditugaskan sebagai enumerator atau pengumpul data.
Dikatakannya, pangan lokal sangat beragam, dan menjadi bagian dari kebudayaan. Ini adalah, kesempatan untuk kita melakukan riset di Lembata, NTT, agar bisa menjadi daya tarik baru.
“Saya tertarik untuk mengetahuinya dan belajar dari kearifan lokal seperti yang ada di Lembata NTT ini, kita tentu akan mengolahnya dan menjadikannya lebih bernilai lagi,” tandas Athoyya.