Desa Atakore, Kecamatan Atadei, kini semakin menonjol sebagai salah satu destinasi wisata budaya yang memukau. Bertepatan dengan kegiatan Festival Lamaholot Wakil Bupati Lembata, H. Muhammad Nasir, bersama Direktur Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), Dwi Marhen Yono dan rombongan pejabat daerah lainnya pada Rabu melakukan kunjungan ke desa Atakore guna menyaksikan salah satu rangkaian acara Festival Lamaholot ini.
Kunjungan yang merupakan bagian dari Festival Lamaholot 2025 ini secara jelas menunjukkan potensi besar desa tersebut memiliki destinasi wisata yang dapat memikat wisatawan melalui kekayaan budaya dan kearifan lokalnya.
Pantauan situasi kunjungan tersebut tampak Para tamu undangan terpesona saat mengunjungi lokasi Karun (Dapur Alam) tepatnya di Desa Atakore, Watuwawer, ditempat ini masyarakat setempat memperkenalkan tradisi memasak unik yang memanfaatkan panas bumi.
Proses memasak yang diwariskan turun-temurun ini tidak hanya efisien, tetapi juga menyimpan filosofi mendalam, di mana pantangan penggunaan bahan tertentu seperti ubi jalar, garam, dan daging tertentu, mencerminkan harmoni antara manusia dan alam yang masih dijaga erat.
Selain di Dapur Alam, kekaguman pengunjung juga berlanjut di Lapangan Desa Atakore, tempat berbagai lomba dan pertunjukan seni tari khas daerah disuguhkan. Tarian Aren, Tarian Dua Bolong, dan Tarian Polewalang yang energik dan penuh makna bahkan berhasil membuat para hadirin terpukau.
Penampilan tarian ini tidak hanya menjadi hiburan semata, melainkan juga sebuah pernyataan kuat tentang hidupnya budaya Lamaholot yang terus dilestarikan dan menjadi daya tarik utama bagi siapa pun yang ingin menyelami keunikan Lembata.
Dalam kesempatan tersebut, Wakil Bupati Lembata, H. Muhammad Nasir, menegaskan komitmen pemerintah daerah untuk menjadikan budaya sebagai fondasi pembangunan.
Ia mengajak seluruh masyarakat untuk aktif merevitalisasi budaya Lamaholot dalam berbagai bentuk, dari tarian hingga adat istiadat, agar dapat dikenal luas dan dipasarkan hingga ke mancanegara.
Penguatan budaya ini, menurutnya, adalah langkah penting dalam membangun kultur daerah yang kokoh menuju visi Indonesia Emas 2045.
Direktur BOPLBF, Dwi Marhen Yono. Ia secara terbuka menyampaikan apresiasinya yang tinggi terhadap kekayaan budaya Lembata. Dwi Yono menekankan bahwa budaya adalah magnet utama bagi wisatawan mancanegara, dan Desa Atakore dengan segala keunikan tradisi dan seni tarinya memiliki potensi luar biasa untuk menjadi destinasi unggulan.
Dengan keramahan dan konsistensi dalam menyuguhkan budaya, Lembata diharapkan tidak hanya menjadi penonton, tetapi pemain aktif dalam industri pariwisata nasional.